Langsung ke konten utama

PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN



MENELUSURI SELUK BELUK ORMAS

MUHAMMADIYAH


Sejak awal berdiri, Muhammadiyah dikenal dengan ajaran mengenai teologi tolong-menolong (the theology of al-Ma’unism). Teologi ini mendorong warga Muhammadiyah mempraktikkan ajaran agama melalui amal sosial (a faith with action), kewelasasihan (filantropisme), voluntarisme, tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan sedikit bicara banyak bekerja. Dengan berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, Muhammadiyah mengaplikasikan apa yang ada pada dua pedoman umat Islam tersebut dalam kehidupan secara nyata. Gerakan dakwah Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan yang selaras dengan ajaran Islam. Peran Muhammadiyah pada sosial budaya masyarakat ada sejak Indonesia belum merdeka, bahkan kader-kader Muhammadiyah turut serta memperjuangkan kemerdekaan. Muhammadiyah bukan Keyakinan Di akar rumput, kadang masyarakat terlalu dalam memegang teguh prinsip dalam kehidupannya, termasuk dalam ber-Muhammadiyah. Perbedaan Muhammadiyah dengan berbagai organisasi, aliran, atau pun tradisi membuat sebagian masyarakatnya merasa Muhammadiyah merupakan keyakinan dalam dirinya. Terutama dalam hal tata cara beragama (ibadah). Sejatinya, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi sosial kemasyarakatan, bukan suatu mahzab, aliran ataupun agama. “Muhammadiyah bukan agama. Tidak ada maksud Muhammadiyah untuk menyebarkan keyakinan agama sendiri. Muhammadiyah sebagai perkumpulan justru akan menerima orang-orang dari berbagai kalangan dan mahzab, selama mau terus mencontoh kehidupan kanjeng Nabi Muhammad SAW.“ KH. Ahmad Dahlan. Masyarakat kita di tingkat desa tak jarang kita lihat masih menganggap bahwa Muhammadiyah sebagai keyakinan. Sebagai misal, salat Tarawih 8 rakaat atau 20 rakaat. Yang 8 rakaat diidentikan dengan Muhammadiyah, dan yang 20 rakaat dianggap milik organisasi lain. Tak salah, karena sejatinya Muhammadiyah menurut bahasa artinya pengikut Nabi Muhammad SAW. Dan Nabi Muhammad SAW salat Tarawih sebanyak 8 rakaat, dalam sebuah hadits riwayat Aisyah RA, dikatakan bahwa: “Rasulullah tidak menambah (melebihkan) bilangan shalat malam di dalam bulan Ramadhan yang satu dengan yang lainnya, kecuali sebelas rakaat. Beliau mengerjakan shalat empat rakaat. Maka jangan lah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya shalat itu. Lalu beliau kerjakan empat rakaat lagi, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya shalat itu. Setelah itu, beliau kerjakan tiga rakaat. Lalu aku bertanya: “Ya Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum engkau witir?” Nabi Muhammad SAW menjawab: “Ya, Aisyah, sesungguhnya dua mataku tertidur tetapi hatiku tidak tidur,” (HR. Bukhari dan Muslim). Baca Juga  Cinta Kasih: Asas Berdirinya Poliklinik PKO Muhammadiyah *** Jadi, Muhammadiyah mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, kadang hal seperti itu masih dijadikan perdebatan sehingga tidak jarang saling menyalahkan mereka yang berbeda. Belum lagi hal-hal yang lain, kebanyakan sifat melihat sesuatu yang berbeda keyakinan akan cenderung menyalahkan. Ini masalahnya, masyarakat kita masih terlalu fanatik terhadap sesuatu hal, ada yang fanatik pilihan presiden, organisasi, dan lain sebagainya. Sebagai orang Muhammadiyah, tak seharusnya kita fanatik terhadap prinsip yang menjadi pegangan Muhammadiyah. Pesan KH. Ahmad Dahlan “Kita boleh punya prinsip, tapi jangan fanatik. Karena fanatik itu ciri orang bodoh“. Jika memang kita ingin menyampaikan dakwah atas apa yang menjadi prinsip kita, sampaikanlah dengan cara yang baik. Jika orang yang kita dakwahi tidak sependapat, maka berdebatlah dengan cara yang baik dengan tidak memaksakan kehendak. Setiap orang pasti punya keyakinan dan prinsip, jika kita tak sependapat tak perlu kita membenci. Bukankah berdakwah dengan baik sudah di contohkan oleh Ahmad Dahlan 107 tahun yang lalu? Jadi, Muhammadiyah bukanlah sebuah keyakinan (agama), tapi sebuah gerakan dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Muhammadiyah itu Gerakan Dari sejak awal berdiri, Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana arti dan makna dari surat Ali Imran ayat 104. Gerak langkah Muhammadiyah ada sejak zaman kolonial dapat bertahan sampai sekarang karena mempertahankan apa yang menjadi cikal bakal berdirinya. Yakni gerakan sosial keagamaan kemasyarakatan yang berusaha memberi manfaat bagi siapapun, di mana gerak langkahnya diambil dari ajaran Islam yang ada pada Al-Qur’an dan hadis. Dari sejak awal Kiai Dahlan menyampaikan tidak ada maksud Muhammadiyah untuk menyebarkan keyakinan agamanya sendiri, apalagi memaksakan, atau memaksa. Baca Juga  Berapakah Usia KH Ahmad Dahlan Ketika Mendirikan Muhammadiyah? Muhammadiyah merupakan gerakan pendidikan, keagamaan, sosial, tajdid, sampai gerakan nasional. Meski sebagai gerakan keagamaan, tapi tidak ada maksud Muhammadiyah menyebarkan keyakinan dalam keagamaan yang menjadi prinsip. Fanatisme buta terhadapa apapun pada dasarnya akan menutup dan membatasi diri kita sendiri dalam bergerak, sebagaimana pesan KH. Ahmad Dahlan tadi. Sudah seharusnya kita sebagai warga Muhammadiyah tidak fanatik terhadap sesuatu hal. *** Fanatik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Maka, mari kita ber-Muhammadiyah dengan menggembirakan dakwah tanpa adanya hal kebencian terhadap prinsip organisasi atau kelompok yang lain. Karena pada dasarnya, kita sedang berlomba dalam kebaikan dengan tujuan meraih rida Allah SWT. Semua orang Islam adalah saudara kita dalam iman, dan mereka yang berbeda keyakinan adalah saudara kita dalam kemanusiaan. Dalam lingkup sesama warga persyarikatan, jangan sampai dan tidak perlu kita merasa paling tahu, paling paham, dan paling Muhammadiyah daripada yang lain. Mari kita saling berpegang tangan dalam menghidupkan dakwah Muhammadiyah, tentunya dengan cara yang santun. Hindari perdebatan yang diikuti rasa emosi, sudah tidak waktunya lagi kita berdebat dan mempermasalahkan soal cara beribadah. Ber-Muhammadiyah sejatinya adalah menghidupkan, mengamalkan dan meniru dakwah Nabi Muhammad SAW. Kata Kiai Hadji Ahmad Dahlan, “Kita dapat mengukur kemiripan kita dengan Nabi dengan melihat kepekaan kita terhadap penderitaan sesama“. Makanya Ahmad Dahlan mengajarkan kepada muridnya untuk menerapkan apa yang terkandung dalam surat Al Ma’un kedalam kehidupan nyata. Karena keislaman bukan hanya Allah ada didalam jiwa kita, tetapi kehidupan (ajaran) Islam menjadi nyata dalam perilaku kita.. See - https://ibtimes.id/muhammadiyah-itu-gerakan-bukan-keyakinan/


Nadhlatul Ulama
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.   Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.   Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.   Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.   Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.   Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.   Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.   Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.




BERSATU UNTUK UMMAT

IN SYAA ALLAH 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Doa Pendek

BISMILLAH Top ten doa ringkas dan pendek yang sering dipanjatkan. Tentu saja doa-doa lainnya pun tidak dilupakan terutama doa-doa memohon keampunan. Misalnya, doa Nabi Adam as. Robbana dzolamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khoosiriin  (QS. Al Araf: 23). Artinya, Ya Tuhan kami, kami sudah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Sering memanjatkan doa tersebut akan membuat hati lembut kerana mengingatkan kepada dosa-dosa yang sudah dilakukan. Hal ini akan mendekatkan diri kepada jalan taubat dan ingat kampung halaman yang sesungguhnya, yaitu akhirat. Berikut adalah top ten doa yang hendaknya sering dipanjatkan. Doa-doa ini diucapkan dalam sujud dan sebelum salam. Doa ini sering diucapkan oleh Rasulullah saw terutama untuk nombor 1 dan nombor 2. #1.  Yaa Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi Alaa Diinik  (Wahai Zat yang Maha Membola...

Waktu Mencukur Rambut Bayi saat Aqiqah

Pertanyaan: Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, Ustadz yang di rahmati Allah  Subhanahu wa Ta’ala , Mengenai waktu menggundul bayi yang baru lahir, bolehkah tidak dibarengkan dengan waktu pelaksanaan  aqiqah ? Misalnya karena belum mempunyai kelapangan, jadi aqiqah kami laksanakan di hari ke 21. Apakah boleh rambut bayi kami gundul tetap di hari ke 7 tanpa menunggu waktu pelaksanaan aqiqahnya? Jazakumullahu khairan Dari: Abu Azzam Jawaban: Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuhu. Waktu mencukur rambut bayi yang sesuai sunah adalah ketika hari ketujuh pasca-kelahiran. Berdasarkan beberapa dalil yang menjelaskan tentang aqiqah, diantaranya, Hadis dari Salman bin Amir adh-Dhabbi  radhiyallahu ‘anhu , beliau mendengar Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, مَعَ الْغُلَامِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا وَأَمِيطُوا عَنْهُ الْأَذَى “Setiap  anak ada aqiqahnya, sembelihlah di hari ketujuh dan hilangkan kotoran dari bayi itu .” (HR...